Bengawan Solo merupakan lagu yang sangat populer hingga saat ini, bahkan waktu saya masih kecil sering menyanyikan lagu Bengawan Solo ini, padahal waktu itu saya tidak tahu siapa yang menciptakan lagu tersebut. Sang Maestro Bengawan Solo tersbut Gesang Martohartono tutup usia pukul 18.07 WIB di RS PKU, Solo Jawa Tengah. Maestro keroncong ini banyak meninggalkan jasa, salah satunya lagu Jembatan Solo yang populer hingga negeri Jepang.
Biografi Sang Maestro Bengawan Solo
Pemilik nama kecil Sutardi ini dilahirkan di Kampung Kemlayan, Surakarta, Jawa Tengah 1 Oktober 1917. Gesang lahir dari pasangan pengusaha batik Martodiharjo dari perkawinan istri keduanya. Gesang merupakan anak dari sepuluh orang bersaudara. Setahun setelah menciptakan Bengawan Solo, Gesang memutuskan untuk menikah dengan seorang wanita bernama Waliyah. Setelah 22 tahun tak berumah tangga, di tahun 1963 mereka bercerai. Waliyah tak memberikan Gesang keturunan.
Di tahun 1942, Gesang mengikuti teater keliling bernama Bintang Surabaya yang dipimpin Fred Young. Dia menjadi penyanyi di teater tersebut, setiap terjadi pergantian babak pementasan. Di tahun 1963, berkat booming-nya lagu Bengawan Solo, Gesang dikenal sebagai seniman besar sehingga dia diajak melakukan kunjungan ke Republik Rakyat Cina dan Korea Utara bersama misi kesenian Indonesia.
Kemudian di tahun 1971, untuk mengenang jasa seniman besar, sejumlah kelompok artis safari yang bernaung di bawah Partai Golkar membuat sebuah pertunjukan bertema “Malam Bing Slamet dan Gesang” di Taman Ismail Marzuki. Karena jasa-jasanya, Pemda Sala mengangkat Gesang sebagai Warga Kota Teladan kelas II yang ditandatangani Wali Kota saat itu Kusnandar. Tidak hanya di situ, Gesang juga mendapat penghargaan atas keputusan presiden dan keputusan menteri. Dia juga menerima lencana, piagam, dan uang tabanas sebesar Rp25 ribu.
Di tahun 1978, Gesang juga mendapatkan penghargaan dari Organisation for Industrian and Spiritual Culturan Advancemen (OISCA). Kemudian Gesang mengeluarkan album rekaman bertajuk Keroncong Asli Gesang yang diproduksi PT Gema Nada Pertiwi (GMP) Jakarta di tahun 2002. Setahun kemudian, Gesang mendapat anugerah Permata Award dari Bank Permata sebagai tokoh yang mempunyai kontribusi besar terhadap profesi yang ditekuninya. Gesang juga menerima penghargaan khusus kategori The Legend dalam Anugerah Musik Indonesia (AMI) Samsung Award 2004 lalu.
Tahun 2005, Gesang terpilih sebagai satu-satunya seniman yang meraih penghargaan Special Achievement For A Lifetime dalam acara 1st Bali Music Award 2005. Penghargaan diberikan oleh Bali International Music Award (BIMA) atas karyanya yang melegenda. Meskipun karyanya sudah terkenal, Gesang tak berhenti berkarya. Dia pun menciptakan lagu Caping Gunung yang diciptakannya di tahun 1975. Lagu ini merupakan lagu terakhir yang Gesang ciptakan.
Tahun 2007, Gesdang dirawat di rumah sakit PKU Solo dan menjalani operasi prostat. Di Januari 2010, Gesang masuk rumah sakit kembali, tak lama kemudian Gesang pulang. Selanjutnya, Gesang masuk rumah sakit Rabu 13 Mei karena gangguan pernafasan dan infeksi kandungan kemih. Minggu, 16 Mei Gesang masuk ICU RSU Solo karena mengalami penurunan tekanan darah. Selasa, 18 Mei Gesang digosipkan meninggal dunia, akan tetapi kabar tersebut ternyata salah. Barulah, dua hari kemudian, Kamis 20 Mei pukul 18.07 WIB Gesang menghembuskan nafas terakhirnya. Selamat jalan sang maestro. Kami akan selalu mengenang jasa-jasamu.
Biografi Sang Maestro Bengawan Solo
Pemilik nama kecil Sutardi ini dilahirkan di Kampung Kemlayan, Surakarta, Jawa Tengah 1 Oktober 1917. Gesang lahir dari pasangan pengusaha batik Martodiharjo dari perkawinan istri keduanya. Gesang merupakan anak dari sepuluh orang bersaudara. Setahun setelah menciptakan Bengawan Solo, Gesang memutuskan untuk menikah dengan seorang wanita bernama Waliyah. Setelah 22 tahun tak berumah tangga, di tahun 1963 mereka bercerai. Waliyah tak memberikan Gesang keturunan.
Di tahun 1942, Gesang mengikuti teater keliling bernama Bintang Surabaya yang dipimpin Fred Young. Dia menjadi penyanyi di teater tersebut, setiap terjadi pergantian babak pementasan. Di tahun 1963, berkat booming-nya lagu Bengawan Solo, Gesang dikenal sebagai seniman besar sehingga dia diajak melakukan kunjungan ke Republik Rakyat Cina dan Korea Utara bersama misi kesenian Indonesia.
Kemudian di tahun 1971, untuk mengenang jasa seniman besar, sejumlah kelompok artis safari yang bernaung di bawah Partai Golkar membuat sebuah pertunjukan bertema “Malam Bing Slamet dan Gesang” di Taman Ismail Marzuki. Karena jasa-jasanya, Pemda Sala mengangkat Gesang sebagai Warga Kota Teladan kelas II yang ditandatangani Wali Kota saat itu Kusnandar. Tidak hanya di situ, Gesang juga mendapat penghargaan atas keputusan presiden dan keputusan menteri. Dia juga menerima lencana, piagam, dan uang tabanas sebesar Rp25 ribu.
Di tahun 1978, Gesang juga mendapatkan penghargaan dari Organisation for Industrian and Spiritual Culturan Advancemen (OISCA). Kemudian Gesang mengeluarkan album rekaman bertajuk Keroncong Asli Gesang yang diproduksi PT Gema Nada Pertiwi (GMP) Jakarta di tahun 2002. Setahun kemudian, Gesang mendapat anugerah Permata Award dari Bank Permata sebagai tokoh yang mempunyai kontribusi besar terhadap profesi yang ditekuninya. Gesang juga menerima penghargaan khusus kategori The Legend dalam Anugerah Musik Indonesia (AMI) Samsung Award 2004 lalu.
Tahun 2005, Gesang terpilih sebagai satu-satunya seniman yang meraih penghargaan Special Achievement For A Lifetime dalam acara 1st Bali Music Award 2005. Penghargaan diberikan oleh Bali International Music Award (BIMA) atas karyanya yang melegenda. Meskipun karyanya sudah terkenal, Gesang tak berhenti berkarya. Dia pun menciptakan lagu Caping Gunung yang diciptakannya di tahun 1975. Lagu ini merupakan lagu terakhir yang Gesang ciptakan.
Tahun 2007, Gesdang dirawat di rumah sakit PKU Solo dan menjalani operasi prostat. Di Januari 2010, Gesang masuk rumah sakit kembali, tak lama kemudian Gesang pulang. Selanjutnya, Gesang masuk rumah sakit Rabu 13 Mei karena gangguan pernafasan dan infeksi kandungan kemih. Minggu, 16 Mei Gesang masuk ICU RSU Solo karena mengalami penurunan tekanan darah. Selasa, 18 Mei Gesang digosipkan meninggal dunia, akan tetapi kabar tersebut ternyata salah. Barulah, dua hari kemudian, Kamis 20 Mei pukul 18.07 WIB Gesang menghembuskan nafas terakhirnya. Selamat jalan sang maestro. Kami akan selalu mengenang jasa-jasamu.
BUKU PANDUAN LENGKAP CARA CEPAT HAMIL, Untuk Pemesanan Klik Banner di Bawah Ini!!
Buku Panduan Lengkap Cara Cepat Hamil ini resmi diterbitkan oleh penerbitan online Digi Pustaka dan hingga saat ini sudah naik cetak sebanyak 5 kali Bonus KONSULTASI GRATIS.
kita kehilangan seorang seniman hebat...semoga kelak akan muncul gesang2 yg lain
ReplyDeleteTurut berduka cita atas meninggalnya eyang gesang
ReplyDelete